Jumat, 16 November 2012

Fathimah...

....Fathimah menangis haru. Dia menitikkan air mata bahagia karena perjuangan ayahnya mencapai keberhasilan. Sekilas terbayang didepan Fathimah, peradaban manusia akan menjadi lebih baik. Perilaku manusiawi menjadi beradab seiring dengan terselamatkannya kaum perempuan dari penindasan yang sudah berlaku berabad-abad. Sebelumnya perempuan diperbudak, dijadikan barang untuk dijual-belikan, dieksploitasi dan diperlakukan secara kasar. Namun ayah Fathimah mengangkat derajat mereka melalui wahyu pembebasan yang turun dari Sang Maha Pengasih dan Penyayang.
....Nabi Muhammad SAW meninggal 3 bulan setelah haji perpisahan, setelah meraih kejayaan sebagai hasil perjuangan yang berat. Ayah Fathimah telah menyelesaikan misinya sebagai pamungkas para Nabi. Tidak ada lagi Nabi setelah beliau. Betapa peristiwa itu mengguncang dan menyematkan kesedihan kepada Fathimah. Disamping ayahnya yang menjelang perjumpaan abadi dengan Sang Khalik, Fathimah menangis tersedu.

"Jangan menangis, putriku." Nabi SAW berkata sambil menatap putrinya.
"Aduhai ayah, aku tidak menangis karena sesuatu akan menimpaku. Aku menangis karena harus berpisah denganmu, wahai Rasulullah," ucap Fathimah.

....Setelah menatap putrinya Nabi mengisyaratkan kepada Fathimah untuk mendekat. Kemudian Nabi memeluk putrinya sambil berbisik. Detik itu juga, sebersit senyum merekah dibibir Fathimah. Bisikan itulah yang menyejukkan hatinya. Fathimah tersenyum  bahagia setelah sebelumnya dia menangis karena khawatir berpisah dengan ayah tercintanya.

......Ketika itu Rasulullah SAW berkata, "Bergembiralah putriku, engkaulah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku."
Hanya Fathimah yang mendengar ujaran suci itu.

.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar